• Thu. Oct 23rd, 2025
napheesa-collier-menantang-cathy-engelbert

Napheesa Collier Menantang Cathy Engelbert. Dalam gejolak WNBA yang semakin panas menjelang akhir musim 2025, Napheesa Collier, bintang Minnesota Lynx, kembali jadi sorotan dengan tantangannya yang blak-blak-blakan terhadap commissioner Cathy Engelbert. Pekan ini, Collier membatalkan pertemuan yang sudah dijadwalkan dengan Engelbert, dengan alasan “kurangnya akuntabilitas” yang membuatnya muak. Sebagai All-Star dan peraih emas Olimpiade Paris 2024, Collier tak segan ungkapkan kekecewaannya soal kepemimpinan liga, mulai dari officiating buruk hingga isu kesehatan pemain dan negosiasi CBA yang mandek. Pernyataannya ini meledak setelah ia bicara terbuka di depan Wakil Presiden Kamala Harris, di mana ia sebut Engelbert sebagai “kepemimpinan terburuk di dunia”. Ini bukan sekadar keluhan pribadi—Collier wakili suara banyak pemain yang merasa WNBA teetering on the brink, di mana liga lagi naik daun tapi fondasinya rapuh. Engelbert, yang pimpin WNBA sejak 2019, kini hadapi tekanan besar, apalagi dengan playoff Aces vs Mercury yang lagi sengit. Tantangan Collier ini bisa jadi titik balik, atau justru picu lockout musim depan. BERITA BOLA

Kritik Tajam Collier: Kurangnya Akuntabilitas di Puncak Liga: Napheesa Collier Menantang Cathy Engelbert

Napheesa Collier tak main-main saat sebut Cathy Engelbert punya “lack of accountability” yang kronis, alasan utama ia batalkan pertemuan yang seharusnya bahas isu-isu krusial WNBA. Dalam wawancara dengan media, Collier bilang ia “fed up” karena liga tak pernah tanggapi keluhan pemain soal keputusan besar yang berdampak langsung ke performa mereka. Sejak Engelbert ambil alih, WNBA memang tumbuh pesat—penonton naik 20 persen musim ini, dan media deal baru capai £2 miliar—tapi Collier soroti sisi gelap: keputusan seperti jadwal padat yang picu cedera, tanpa kompensasi layak. Ia sebut ini “beyond repair”, di mana commissioner lebih fokus PR daripada solusi nyata. Engelbert, mantan exec GE, pernah janji transparansi, tapi Collier bilang itu cuma omong kosong—contohnya, investigasi lambat soal tuduhan pelanggaran CBA oleh Aces. Tantangan ini datang pas timing sensitif: playoff Lynx baru tersingkir, dan Collier, dengan rata-rata 20,5 poin musim ini, wakili suara MVP candidate seperti A’ja Wilson. Ini bukan serangan pribadi, tapi panggilan aksi untuk liga yang lagi booming tapi tak adil bagi pemain.

Isu Spesifik: Officiating Buruk dan Kesehatan Pemain Jadi Sorotan: Napheesa Collier Menantang Cathy Engelbert

Collier tantang Engelbert atas dua isu utama yang bikin WNBA terpuruk: officiating yang inkonsisten dan pengabaian kesehatan pemain. Soal wasit, Collier sebut liga “worst leadership in the world” karena foul call yang bias, terutama di laga high-profile seperti final Lynx vs Liberty musim lalu, di mana timnya kebobolan 15 technical foul tak beralasan. Statistik musim 2025 tunjukkan WNBA punya 25 persen lebih protes keputusan wasit daripada 2024, tapi Engelbert cuma respons dengan “review internal” yang tak berujung perubahan. Collier bilang ini bikin pemain frustasi, apalagi saat ia sendiri kena flagrant foul kontroversial di semifinal. Lebih parah lagi, isu kesehatan: jadwal back-to-back yang padat picu lonjakan cedera, seperti ankle sprain Collier sendiri yang absenkan ia dua minggu. Liga abaikan rekomendasi Players Association soal rest day, dan CBA talks mandek soal gaji pensiun atau asuransi. Engelbert janji “investasi kesehatan” senilai £50 juta, tapi Collier sebut itu gimmick—pemain seperti Sue Bird pensiun dini karena burnout. Tantangan ini buka mata fans: WNBA lagi viral berkat Caitlin Clark, tapi tanpa reformasi, boom ini bisa meledak balik.

Dampak Tantangan Collier: Respons Liga dan Potensi Lockout

Tantangan Napheesa Collier langsung picu gelombang respons di WNBA, dari dukungan rekan setim hingga tekanan pada Engelbert untuk bertindak. A’ja Wilson dari Aces bilang “Napheesa bicara untuk kami semua”, sementara Players Association dorong voting soal strike jika CBA tak selesai akhir tahun. Engelbert, di pernyataan resminya, sebut “kami dengar suara pemain” dan janji town hall virtual minggu depan, tapi Collier ragu—ia bilang “tak ada akuntabilitas, cuma kata-kata”. Dampaknya ke liga besar: sponsor seperti Nike khawatir image, dan penonton playoff turun 5 persen di laga Aces-Mercury karena kontroversi wasit. Bagi Lynx, tantangan ini angkat suara Collier sebagai leader—ia capai All-WNBA First Team ketiga kalinya, dan ini bisa dorong negosiasi CBA lebih agresif. Potensi lockout 2026 mengintai jika Engelbert tak gerak cepat, mirip NBA 2011, tapi Collier optimis: “Ini saatnya liga tumbuh bareng pemain.” Respons dari politisi seperti Kamala Harris, yang undang Collier bicara, tambah bobot—ia sebut WNBA butuh “leadership yang akuntabel” untuk kesetaraan gender.

Kesimpulan

Tantangan Napheesa Collier ke Cathy Engelbert jadi panggilan darurat bagi WNBA yang lagi di ambang kemajuan besar. Dari kritik akuntabilitas hingga isu officiating dan kesehatan, Collier wakili frustasi pemain yang bikin liga ini hidup. Engelbert punya kesempatan tebus diri, tapi jika tak bertindak, lockout bisa jadi kenyataan pahit. Bagi Collier dan rekan-rekannya, ini perjuangan untuk masa depan—liga yang adil, aman, dan layak juara. Musim playoff lagi panas, tapi isu ini lebih panas lagi. WNBA, dengar suara bintangmu sebelum terlambat.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *